Tidak bersedia bekerjasama dengan pihak Penjajah

Foto bersama pegawai LPPH


Drh. R. Djaenoedin sebagai orang Indonesia pertama yang memperoleh kehormatan dan kepercayaan sebagai Pimpinan Balai pada Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) di Bogor, yang sebelumnya sebagai Asisten bagian bacteriologi pada Veeartsenijkundig Instituut (Lembaga Kedokteran Hewan).  Atas Usul Kepala Jawatan Kehewanan RI (R. Sutrisno) maka pada bulan Maret 1946  Menteri Kemakmuran RI telah membentuk Panitia Pendirian Sekolah Dokter Hewan Tinggi, yang anggotanya terdiri dari :
  1. Soeparwi, jabatan waktu itu Inspektur Jawatan Kehewanan Jawa Tengah merangkap Wakil Kepala Jawatan Kehewanan, sebagai ketua.
  2. Samsoe Pocposoegondo, jabatan waktu itu Dokter Hewan Drv sebagai penulis.
  3. Atmodipoero, jabatan waktu itu Inspektur SMP di Magelang sebagai anggota
  4. Iso Reksohadiprojo, jabatan waktu itu Dirjen Kementrian Kemakmuran di Magelang sebagai anggota .
  5. Soeparman Poerwosoedibjo, jabatan waktu itu Kepala Perekonomian Kota Prajaa Cirebon, sebagai anggota.
  6. Djaenoedin, jabatan waktu itu Direktur Balai Penyelidikan Penyakit Hewan di Bogor, sebagai anggota.
  7. Moh. Roza, jabatan waktu itu Dokter Hewan pada BPPH di Bogor, sebagai anggota.
  8. Mohede, jabatan waktu itu Direktur Sekolah Dokter Hewan di Bogor, sebagai anggota.
  9. Garnadi, jabatan waktu itu Guru Sekolah Dokter Hewan Bogor, sebagai anggota
  10. Hoctanradi, jabatan waku itu Inspekur Jawatan Kehewanan di Jawa Timur. sebagai anggota.
  11. Slamet, jabatan waktu itu Dokter Hewan Kotapradja Malang, sebagai anggota
Berdasarkan atas usul-usul panitia ini maka dengan surat keputusan Menteri Kemakmuran RI tanggal 20 september 1946 dengan Surat Keputusan  No. 1280/a/Per. Sekolah Dokter Hewan di Bogor telah diangkat menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (tanggal ini dipakai sebagai tanggal lahir FKH di Indonesia). Sebagai Guru Besar Luar Biasa yang pertama dan menjadi Profesor pada PTKH ini Drh.R. Djaenoedin, yang bersamaan waktunya menjabat sebagai Direktur BPPH. Perguruan Tinggi tersebut diresmikan pada bulan November 1946.
Pada tanggal 27 Juli 1947, Belanda melalui pemerintahan militernya (NICA) menyita BPPH dan sebagai direkturnya diangkat Dr. E. de Boer. Tapi Drh.R.Djaenoedin tidak bersedia bekerjasama dengan pihak Belanda, digeser dari kedudukannya sebagai Direktur BPPH dan kemudian ditempatkan kembali sebagai Kepala BPPH setelah tercapainya persetujuan pengembalian kedaulatan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS). Dengan pulihnya kembali Pemerintah Republik Indonesia dan atas persetujuan Perdana Menteri RI,  Drh.R.Djaenoedin secara resmi dikukuhkan kembali sebagai Direktur BPPH pada tanggal 1 April 1950 dengan SK. Menteri Kemakmuran No. 1132/UP/. Tanggal 25 Maret 1950. Sementara itu, Dr. E. de Boer dipekerjakan sebagai penasehat sampai tanggal 10 Desember 1950.  Pidato  Prof. Drh. R. Djaenoedin orang pertama bangsa Indonesia yang menjadi Direktur Balai, dalam Pidato Peringatan Jubileum 50 tahun LPPH  tahun 1958 di Bogor.
 “Dengan serbuan tentara Jepang pada tanggal 1 Maret 1942 di Bandung dan Cirebon, maka pada tanggal 6 Maret 1942 mereka telah sampai di Bogor.    Dan memasuki zaman pendudukan Jepang nama ´Veeartsenijkundig Instituut´ segera di Indonesiakan menjadi Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH),   yang kemudian diubah menjadi Lembaga Penyakit Hewan (LPH). Karena dianggap lebih cocok dengan martabatnya sebagai pusat penyelidikan ilmiah tentang penyakit hewan yang terdapat diseluruh Indonesia, nama tersebut diperindah lagi menjadi Lembaga Pusat Penyakit Hewan (LPPH).”

Sejarah LPPH :
1.    Veeartsenijkundig Laboratorium (V.L.) 1908
2.    Veeartsenijkundig Instituut (V.I.) 1927
3.    Balai Penyidikan Penyakit Hewan (BPPH) 1942
4.    Veeartsenijkundig Instituut NICA 1947
5.    Lembaga Penyakit Hewan (LPH) 1950
6.    Lembaga Pusat Penyakit Hewan (LPPH) 1955
7.    Lembaga Penelitian Penyakit Hewan (LPPH) 1962

Demikianlah dari seorang anak bungsu yang semasa kecil gemar menyabung ayam aduan menjadi Profesor Kedokteran Hewan pertama di Indonesia. ( Diposkan oleh Johnny Suyudi )
Nara-sumber :
100 tahun (1908-2008) BBALITVET di Bogor.
Majalah Intisari bulan Oktober 1967.
Bersama istri dan anak-anaknya

Bersama Keluarga Besarnya

1 komentar:

  1. Bravo ....!! Sungguh mengesankan kakek kita...Allhammdulillah Ya Robb...Semoga segala amal dan perbuatan nya menjadikan beliu sahid...karena ilmu yang bermanfaat sampai dengan saat ini masih di terima sebagai.. dasar pendidikan kehewanan... Allhammdulillah....

    BalasHapus